Tuesday, March 1, 2011

Anak Orkes



foto: Rijali, Monos, Andra, Dindin, Ade lagi rehat rekaman album baru OM PSP 2011

Bila mendengar musik OM PSP maka kita biasanya berfikir ini adalah musik dangdut. Pertanyaannya apakah benar ? Nah,ternyata bila diperhatikan ,ternyata hanya mirip musik dangdut,bahkan para seniman dangdut asli tidak mengakui bahwa OM PSP adalah bagian dari musik dangdut. Lantas musik apa dong ? Apakah musik pop ? Ternyata juga tidak, apalagi musik rock atau jazz. Waduh.. kalau begitu OM PSP adalah kelompok marginal dong.. yaaa.. mungkin bisa juga disebut begitu. Beberapa tahun yang lalu sebuah majalah musik terkemuka  pernah menyebut ada tiga kelompok musik yang disebut sebagai extra ordinary group di Indonesia salah satunya adalah OM PSP, nah yang ini kedengarannya lebih keren.

Sangat beralasan kalau OM PSP tidak diakui oleh kalangan dangdut karena memang seluruh anggotanya tidak ada yang ahli dangdut dan bila disuruh menyanyikan lagu dangdut asli dengan cengkoknya  yang asli pasti tidak mampu , demikian pula dengan musiknya , sebenarnya hanya sekedar mirip dangdut saja. Kenyataan inilah yang membuat PSP tidak pernah dianugrahi sebagai apapun dalam setiap award dangdut.

foto: Rijali & Andra di proses rekaman album baru OM PSP 2011
 
Walaupun demikian , seluruh anggota OM PSP sangatlah menggemari musik dangdut , bahkan mencintainya. Lebih dari itu , OM PSP telah berbuat sesuatu untuk musik dangdut , walaupun tidak tertulis dengan tinta emas dalam sejarah dangdut di tanah air , OM PSP berani mengatakan telah ikut serta mengangkat harkat dan martabat musik dangdut.

Bila kita menoleh sejenak ke masa lalu , dangdut adalah musik yang hidup di pinggir rel kereta api dan di daerah remang2 , dangdut bahkan pernah dicekal oleh TVRI saat dimana kita hanya memiliki satu2nya stasiun televisi. Dangdut adalah   musik yang hidup dikalangan masyarakat sosial ekonomi paling bawah dan saat itu kalangan gedongan malu serta merasa jatuh gengsinya kalu ketahuan ikut mendengarkan musik dangdut. Sebagai mahasiswa ilmu social para anggota OM PSP sangat dekat dengan masyarakat berbagai lapisan dikarenakan kerap melakukan berbagai penelitian sosial. Kegiatan2 penelitian inilah yang memperkenalkan dan mengakrabkan dengan musik dangdut yang sat itu sudah melekat erat di lapisan masyarakat sosial ekonomi lapisan terbawah itu. Sebagai mahasiswa para anggota OM PSP melihat sesuatu dari para musisi dangdut saat itu yaitu kesederhanaan , kejujuran bahkan keluguan. Didalam musik dangdut juga terdapat lirik yang mampu menangkap kenyataan hidup yang ada di sekitarnya.

foto: Omen, Ade lagi latihan buat rekaman album baru OM PSP 2011

Pada tahun 1978 dalam suatu pentas perayaan ulang tahun TVRI ke 16 yang bertajuk Dwi Windu TVRI , OM PSP yang saat itu anggotanya masih kuliah di Universitas Indonesia tampil bersama Warkop dan Elvie Sukaisih. Inilah saat pertama musik dangdut dibawakan oleh mahasiswa yang notabene adalah mahasiswa dari universitas elit di negri ini dan sisiarkan ke seluruh pelosok tanah air. Tak berapa lama setelah itu , musik dangdutpun mulai masuk gedongan , musik dangdut mulai masuk ke hotel2 berbintang yang dibawa oleh OM PSP.

Saat ini dangdut telah menjadi suatu industri besar dan telah hidup di seluruh lapisan masyarakat mulai dari desa sampai kota , mulai dari rakyat jelata sampai pejabat tinggi.
Sampai hari ini OM PSP masih memainkan musiknya yang sederhana , seadanya dan sekenanya. Musik bagi PSP adalah sekedar sarana untuk berekspresi , untuk menyuarakan apa yang dilihat dan dirasakan oleh para anggotanya dan oleh masyarakat , dengan harapan dapat menghibur para pecinta musiknya.
PSP tidak pernah sedikitpun berkeinginan mendapat penghargaan apapun bahkan tidak pernah merasa sebagai “somebody” , dari dulu seluruh anggotanya hanya merasa sebagai anak orkes yang selalu rindu untuk berkumpul dan memainkan musiknya sendiri , tanpa perduli disebut dengan aliran musik apapun.

*Omen Norman Soni Sontani*

No comments:

Post a Comment